Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November 1995. Ibunya, Helvy Tiana Rosa adalah pengarang, dan ayahnya, Tomi Satryatomo, wartawan. Faktor genetik dan lingkungan kepenulisan dengan budaya membaca di rumah, secara dini telah membentuk Faiz. Sebelum menguasai aksara, cara bicara Faiz saja, karena puitiknya, sudah menggemaskan orangtuanya. Di tahun 1998, dia mengatakan pada mamanya, "Bunda, aku mencintai bunda seperti aku mencintai surga." Waktu itu Faiz berumur 3 tahun. Konon banyak kata-kata bijak seperti itu berhamburan dari anak ini karena dia suka berkisah dan gemar bermain peran seperti dalam drama.
Sesudah mampu mengetik dengan komputer meja dan laptop orangtuanya, Faiz mulai menulis. Tapi kalau menulis sajak, dia memilih layar telefon genggam yang kecil itu untuk menaruh larik-larik sajaknya. Dari dua puluh sajak Faiz yang ditulisnya mulai Juli 2001 sampai dengan November 2003, 8 mengenai ibu dan ayahnya, 7 tentang situasi sosial dan 5 tentang tokoh masyarakat. Kecintaan Faiz terhadap orangtuanya, pastilah karena lingkungan interaksinya di rumah yang penuh kasih sayang pula. Saya kutipkan 2 ungkapannya yang orisinal (dari "Ayah Bundaku") dan mengharukan berikut ini:
Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku mencintai surga
Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah nanti
(Januari 2002)
Dia lebih banyak menulis tentang ibunya. Sajaknya ada yang langsung, terasa jelas apa yang dimaksudkannya, tapi ada pula yang maknanya dibiarkannya menggantung, dan diserahkannya pada kita untuk menafsirkan lebih lanjut:
Jalan Bunda
bunda
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu
(September 2003)
Faiz ikut Lomba Menulis Surat untuk Presiden RI sehubungan dengan Hari Anak Nasional 2003 dan jadi pemenang pertama. "Surat buat Ibu Negara" yang dimuat dalam kumpulan ini adalah bentuk sajak dari surat yang memenangkan hadiah tertinggi dan menawan perhatian luas di media massa Indonesia karena bijaknya. Dalam setiap bait dari keenam bait sajaknya ini terdapat ungkapan, cita-cita dan saran pada Presiden RI dalam idiom anak-anak yang segar.
Faiz sendiri juga bercita-cita kelak jadi presiden dengan kualifikasi kecerdasan bisa bicara 10 bahasa, pandai membuat komputer sendiri, dicintai orang-orang (dia tidak pilih kata klise rakyat) dan persyaratan yang paling berat: kalau mati masuk surga. Kemampuan Faiz menulis, dalam perkiraan saya, 10 tahun melompati umurnya. Ayah bunda Faiz dititipi Allah bakat brilyan yang mereka harus jaga dan tumbuhkan sebaik-baiknya. Janganlah sampai kemashuran dini mengguncangnya dan mengganggu perkembangan psikologi Faiz selanjutnya.
Buku kumpulan puisi pertama Faiz Untuk Bunda Dan Dunia (DAR! Mizan, Januari 2004) terbit saat ia berusia 8 tahun dan diberi pengantar oleh Taufiq Ismail. Buku tersebut meraih Anugerah Pena 2005 serta Buku Terpuji Adikarya IKAPI 2005. Sejak buku itu terbit Faiz kian sering diundang membacakan dan membicarakan karya-karyanya yang banyak mengetengahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan dan politik dalam berbagai forum, termasuk di hadapan Presiden Megawati Soekarno Putri, Presiden SBY, mantan presiden Abdurrahman Wahid, Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta sejumlah menteri dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Ia pun pernah diundang sebagai panelis Debat Capres di stasiun televisi swasta, pada pemilu lalu.
Buku keduanya: Guru Matahari (DAR! Mizan 2004), terbit saat ia masih berusia 8 tahun pula, diberi pengantar Agus R. Sarjono mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award 2005. Buku ketiganya: Aku Ini Puisi Cinta (DAR! Mizan 2005) membawanya meraih penghargaan Penulis Cilik Berprestasi dari Yayasan Taman Bacaan Indonesia (2005).
Buku keempat Faiz adalah kumpulan esai berjudul: Permen-Permen Cinta Untukmu (DAR! Mizan 2005). Karyanya juga terdapat dalam antologi bersama: Matahari Tak Pernah Sendiri (1 dan 2), Jendela Cinta (GIP 2005), dan Antologi Puisi untuk Yogyakarta (2006). Puisinya pernah dimuat di sejumlah koran nasional antara lain Kompas dan Republika. Bersama beberapa penulis cilik lainnya, siswa SDIF Al Fikri ini menerbitkan kumpulan cerpen Tangan-Tangan Mungil Melukis Langit (LPPH 2006), untuk membantu biaya sekolah bagi teman-teman kecil mereka yang tinggal di kolong jembatan tol. Tahun 2006 Faiz dinobatkan sebagai Anak Cerdas Kreatif Indonesia versi Yayasan Cerdas Kreatif Indonesia yang dipimpin Kak Seto. Faiz juga mendapat PKS Award Kategori Anak Indonesia Berprestasi (2007). Buku kumpulan puisinya yang terbit kemudian diberi pengantar oleh Sapardi Djoko Damono, berjudul Nadya; Kisah dari Negeri yang Menggigil (LPPH, Juli 2007). Tahun 2008 antologi bersamanya: Magic Cristal (Mizan) terbit. Faiz mendapat Anugerah Kebudayaan 2009 dari Presiden RI: Susilo Bambang Yudhoyono. Naskahnya "Brani" menjadi Pemenang Sayembara Menulis Naskah Drama Federasi Teater Indonesia (2011) dan terpilih sebagai The Most Amazing Teen 2011 versi Student Globe. Siswa SMA Pribadi Depok yang pernah dijuluki sebagai pelopor bagi lahirnya sejumlah sastrawan cilik.
Title : Mengenal Sajak Ajaib "Abdurrahman Faiz"
Description : Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November 1995. Ibunya, Helvy Tiana Rosa adalah pengarang, dan ayahnya, Tomi S...
Description : Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November 1995. Ibunya, Helvy Tiana Rosa adalah pengarang, dan ayahnya, Tomi S...
kecil-kecil berprestasi... thats only what can i say
BalasHapusSemoga akan lahir Faiz Faiz lain di Indonesia, yang begitu peduli dengan keadaan anak anak seusianya yang dituangkannya dalam beberapa puisinya..jelas seorang Faiz sangat peduli dengan keadaan sosial sekitarnya, bahkan ketika usianya masih balita. Sangat menginspirasi..👍👍👍
BalasHapus